Sabtu, 17 Agustus 2019

Secercah Harapan by sangbintang

 “ Ayah… mamak… mau kemana ? “

 “ Kok bawa banyak tas ? “

 “ Kita mau jalan – jalan yaa… “

 “ Kok gak banguni ai dari tadi “

  Sejuknya pagi tak lagi menyambut keharmonisan rumah tangga itu. Bekas tangis tampak jelas di wajah wanita setengah baya itu. Suara mobil pick – up milik mereka yang di pagi buta sudah dipanasi, menggambarkan si pemilik ingin pergi jauh.

 “ Bin, besok hari pertamamu sekolah di SD “

 “ Jangan nakal – nakal, rajin belajar ya.. “

 “ Itu mamak beli buku untuk latihan baca “

 “ Dirawat ya.. barang – barang barunya.. “

 “ Sama nenek di sini yaa… “

 “ Ayah, mamak, dan adek mau pergi dulu…”

 “ Ayah dan mamak mau nyari uang, untuk beli mainan bintang dan samudra “

 “ Jangan ngompol lagi.. udah masuk SD kan “

“ Malu sama kawan – kawan nanti.. “

  Senyum yang ia ciptakan untuk meyakinkan sang anak bahwasannya sedang tidak ada apa – apa tak tertahankan dan tumpahan air mata sedikit demi sedikit jatuh kembali membasahi wajahnya. Raut wajah anak itu tampak tak paham dengan keadaan yang sedang terjadi dan dia sedang bertanya – tanya pada dirinya, apa yang sedang
terjadi!!

 “ Ayah… mamak… "

 “ Ai kok ditinggal… ai mau ikut… “

  Ia pun berlari mengejar mobil yang baru saja berangkat meninggalkannya sontak
anak itupun menangis sambil berlari berharap mendapatkan mobil ayahnya hingga ia lelah dan berhenti.

 “ Nek.. ayah, mamak, dan adek mau kemana… ? “

 “ Kenapa ai ga di kasi ikut !!! “

 “ Ayah dan mamak ga sayang lagi yaa… sama ai !!! “

  Semua kebingungan dalam dirinya telah ia keluarkan dalam tangisannya yang semakin kencang. Lalu sang nenek memeluknya untuk meredam kesedihan dan membawa pulang ke rumah.

  Hujan deras di malam hari menghilangkan keindahan suasana malam, tiada
bintang maupun rembulan. Menambah sendu hati yang terus menghantam dalam diam lamunan wanita setengah baya itu. Rumah yang dipenuhi sarang laba – laba dan lama tak ditempati menjadi tempat tinggal sementara mereka. Dinginnya malam tak mengizinkan mereka untuk menenangkan maraknya masalah, lelah yang harusnya diobati dengan tidur juga tak mengizinkan mereka untuk mendamaikan hati yang sedang gundah gulana. Pagi adalah harapan mereka untuk mengurai sedikit demi sedikit kusut dalam kemelutnya masalah.

  Hiburan demi hiburan tak berhenti ditunjukkan sang nenek kepada anak itu, namun kegelisahan enggan pergi yang terus membersamainya. Tangis yang spontan
terus terjadi sekalipun dalam tidurnya. Sang nenek terus menemaninya sampai ia benar – benar tidur.

 “ Nek, mamak mana ? “

 “ Kok belum pulang ? “

Jam hampir menunjukkan tengah malam juga tak menghantarkan tidur mereka. Sang
nenek terjaga terus – menerus dalam tidurnya sementara anak yang sering memanggil dirinya ai, mengalami naiknya suhu badan hingga dirinya mengigau dalam jangka waktu dekat – dekatan, dirinya sering terbangun tiba – tiba dan terus menanya kehadiran sang ibu yang ia panggil mamak. Kegelisan juga menyelimuti sang nenek yang terus mengkhawatirkan keadaan ini, senandung tidur terus di nyanyikan berharap sang cucu bisa tidur dengan nyenyak sambil mengompres kepalanya agar suhu badannya kembali
normal.

  Pagi telah datang, mentari bersinar kembali memberi secercah harapan baru
kepada seluruh insan. Hari itu adalah hari pertama sekolah kedua anak dari wanita
setengah baya yang akrab di panggil iyus. Bintang anak sulungnya atau mempunyai
nama lengkap Harry Bintang Pratama yang tinggal bersama neneknya, duduk di kelas
satu SD. Ia memulai hari pertama sekolahnya dengan perlengkapan yang serba baru yang sudah dipersiapkan ibunya sebelum pergi meninggalkannya. Sang nenek menaikkan dirinya ke becak bersama teman – teman barunya yang tadinya sudah
dinaikkan ibunya. Dengan diiringi lagu – lagu anak – anak menumbuhkan keceriaan dan semangat baru kepada sang anak. Mereka tak saling canggung, mengikuti alunan musik bersama sepanjang perjalanan menuju sekolah, menambah keakraban pada mereka, walau baru saja kenal. Sungguh hari yang sangat menyenangkan bagi bintang. Lalu sangat jauh berbeda dengan adiknya yang ikut bersama ibunya, samudra atau nama
lengkapnya Hendy Samudra yang baru saja masuk ke jenjang Taman Kanak – kanak. Dengan jarak sekolah yang sangat jauh ditambah kendaraan yang tidak ada membuat sang ibu cemas, mencari tumpangan adalah usaha mengupayakan masalah ini, dengan datang ke tetangga – tetangga barunya untuk meminjam kendaraan. Mobil pick – up milik mereka rusak di hantam perjalan mereka kemarin, sulit hidup dan membutuhkan banyak waktu untuk memperbaikinya.

 “ Bu.. saya boleh minjam keretanya untuk ngantar anak saya sekolah “

Kereta sebutan bagi mereka untuk kata motor yang biasa di panggil orang perkotaan.

 ” Yaudah bu sama saya aja ya.. kebetulan anak saya juga sekolah ditempat yang sama..”

perkampungan memang banyak ditempati orang – orang yang memiliki jiwa persaudaraan yang tinggi. Menolong sesama tetangga menjadi kewajiban bagi mereka
dengan dasar menolong sesama, menumbuhkan rasa kasih sayang. Kasih sayang menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Sepulang sekolah, bintang dan samudra memiliki kegiatan yang berbeda. Bintang pulang sekolah dijemput menggunakan becak yang sama, dengan hati yang gembira membawa pengalaman baru yang ia dapatkan di sekolah.

 “ Nek.. kami tadi perkenalan diri, ai pertama maju ke depan”

 “ Waktu jam pulang ai pertama pulang karena bisa jawab pertanyaan ibu guru..”

Dengan asyiknya ia terus menceritakan pengalaman baru disekolah barunya.

 “ Iya.. cucu nenek memang jago.. “

 “ Yaudah.. ganti baju dulu ya.., setelah itu makan siang.. “

Sambil menggantikan baju sang cucu, lalu sang nenek menyiapkan makan siangnya.

 “ Habis makan ini.., cuci kaki langsung tidur ya… “

 “ Nanti.. baru main mobil – mobilan “

Hal ini sangat jauh berbeda dengan adiknya samudra, dengan jarak yang jauh untuk
pulang, samudra dan ibunya mencari tumpangan kesana kemari. Kebetulan tetangga yang mengantarkan mereka tadi pagi, tidak ada karena ada keperluan mendadak dan anak si tetangga itu sudah dititipkan ke rumah saudaranya yang tak jauh dari sekolah tersebut. Lalu samudra dan ibunya menunggu dan mencari tumpangan hingga berjam lamanya dan mereka juga belum makan siang. Dan sang ibu memilih untuk jalan kaki pulang kerumah, melihat sang anak yang sedang kelaparan dan letih, sang ibu membeli roti untuk menganjal rasa lapar sang anak. Dengan candaan dan tawa yang diberi
kepada sang ibu, menghilangkan lelah perjalanan mereka, sambil sang anak bercerita tentang apa yang ia dapatkan dari sekolah tadi hingga mereka sampai di rumah. Sesampai di rumah sang ibu  menggantikan baju sang anak dan beristirahat untuk mengumpulkan tenaganya kembali.

 “ Yus.. oo.. yus “

Sang suami membangunkan istrinya yang sedang beristirahat. Dengan rasa kasian
namun memang sangat membutuhkan tenaga sang istri.

 “ Yus.. ada tiga goni lagi tu.. pinang yang belum di belah “

 “ Tadi abang ambil 4 goni dari toke, segoni pinang udah abang belah “
 
“ Nanti udah selesai semua dibelah.. kita jemur besok “

Tanpa mengeluh sang istri langsung beranjak dari tempat istirahatnya. Melihat sang anak yang sedang pulas tidur dan mencium keningnya menumbuhkan rasa semangat. Dan mengingat anak sulungnya yang jauh di sana membuat ia semakin giat untuk keluar dari zona yang menyedihkan ini. Pekerjaan ini menjadi rutinitas mereka sementara. 
  
  Liburan yang di tunggu – tunggu telah tiba, menciptakan kebahagiaan yang sangat mendalam untuk bintang, hari dimana ia akan bertemu orangtua dan adik yang sangat ia rindukan. Demikian juga buat sang ayah dan ibu yang sangat merindukan suara tawa, tangis dan candaannya, berharap liburan sekolah ini dapat mengobati rindunya.

 “ Yus.. siap subuh ni.. abang, mau jemput bintang “

 “ Kalau abang sampai malam, kunci rapat – rapat rumah “

Setelah minum segelas teh dan makan beberapa roti, laki – laki yang akrab dipanggil iyan berangkat untuk menjemput anaknya menggunakan kendaraan sepeda motor yang ia pinjam semalam sore milik tetangganya. Menggunakan mobil miliknya hanya mengundang resiko besar dengan perjalanan yang sangat terjal. Sepanjang perjalanan menuju rumah ibunya untuk menjemput sang anak tercinta, ia terus memikirkan langkah apa agar keluar dari zona kehidupan yang sangat menyedihkan ini. Pemutusan hubungan kerja (PHK) besar –besaran dari PT. ASIA FORESTAMA RAYA
menumbuhkan masalah besar perekonomian bagi sumber daya manusia yang bekerja di tempat itu. Krisis perekonomian menjadi masalah utama baginya untuk memutuskan pergi jauh mencari sumber keuangan untuk menghidupkan warna untuk keluarganya. Ia memulainya semua dari nol dan ia percaya suatu hari nanti akan ada sejuta warna hadir untuk menghilangkan kekelaman ini. Anak – anaknya adalah salah satu investasi terbesar yang tersisa untuknya, dengan menanamkan nilai moral kepada anak – anaknya menjadi harapan kunci kesuksesan anaknya di masa yang akan datang. Sesampainya ia di rumah ibunya, sapaan dan pelukan langsung di sambut hangat oleh anaknya. Menciptakan haru baru kepada dirinya, rindu yang tersampaikan. Lalu ia mengistirahatkan dirinya sebentar dan setelah itu ia menceritakan perkembangan dirinya disana bersama keluarga kecilnya. Pembicaraan itu terus berlangsung sampai akhirnya sang ibu tak sanggup menahan tangis melihat anaknya yang sedang sulit dalam perekonomian dan hidup jauh dari keramaian, lalu sang ibu memberi sejumlah uang tabungan untuk anaknya namun di tolak sang anak.

 “ Mak.. jangan manjakan aku seperti dulu lagi.. aku udah berkeluarga”

 “ Aku mau hidup dengan jalan dan usahaku.. “

Ayah dari laki – laki itu adalah pimpinan bagian dari tempat kerja ia dulu. Mereka
dahulunya hidup berkecukupan hingga akhirnya ia ingin hidup dengan jalan dan
usahanya sendiri tanpa harta milik orangtuanya bersama keluarga kecilnya. Berakhirnya pembicaraan singkat itu, ia dan anaknya langsung berangkat pulang menuju kampung yang ia tempati sekarang.

  Hari demi hari, bintang melewati liburannya bersama orangtua dan adiknya
dengan kehangatan dan keharmonisan. Sampai malam terakhir ia menghabiskan liburan di sana, sang ibu memasak masakan terenak untuk makan malam hari ini. Berkumpul di ruang tengah sambil bercanda dan tertawa bersama. Lalu sang ibu bertanya kepada kedua anaknya.

“ Bintang dan Samudara nanti besar mau jadi apa ?”

“ Siapa mau jawab luan……”

Mereka saling berebut untuk menjawab. Sampai akhirnya sang ibu memerintahkan
mereka untuk berbisik kepadanya.

 “ Ni... bang cita – cita anak abang “

 “ Si bintang mau kerja di kantor, katanya mau kerja di gedung tinggi kek di TV “

“ Si samudra mau jadi tentara, katanya dia mau jaga mamak dari orang jahat “

Setelah pembicaraan hangat ini, sang ayah menyampaikan pesan untuk anak – anaknya, dengar ini anak – anak ayah, jadilah terhebat di masa depan nanti. Jangan pernah lawan ayah atau mamak, rajin belajar dan salat.

  Dua belas tahun lamanya, sepasang suami istri ini belum mampu keluar dari zona yang sangat menyedihkan ini. Berhutang kesana kemari untuk membiayai pendidikan anaknya, berjuta usaha telah di lakukan namun tak membuahkan hasil jua hingga pada suatu hari laki – laki yang sudah berumur empat puluh tahunan itu, berjumpa dengan investor yang mempercayainya sebagai orang yang nantinya mengurus lahan pertanian barunya dan memberi sedikit lahan sebagai hadiahnya. Investor tersebut adalah teman lama kerja ayahnya disatu perusahaan yang kebetulan mencari lahan pertanian dan daerah yang di tempati laki – laki itu sangat strategis di bidang pertanian. Hal ini menjadi batu loncatan baginya untuk terus menghidupi keluarga kecilnya. Mulai dari membersihkan semak, pengolahan tanah, pembuatan bedengan, pembuatan bedengan dengan alur tanaman, hingga penanaman bibit berbagai macam tumbuhan sampai perawatan tanaman menjadi rutinitas yang serius dan sungguh
– sungguh baginya. Disamping itu lahan diberi sebagai hadiah ia tanam berbagai macam sayur mayur untuk membiayai pendidikan anak – anaknya.

  Anak – anak dari sepasang suami istri itu sudah beranjak dewasa, memotivasikan diri untuk membahagiakan kedua orang tua menjadi acuan mereka semangat dalam pendidikan. Bintang yang berhasil lulus masuk perguruan tinggi jurusan Teknik Industri, kini terus mendalami mimpinya, masa depan keluarga sudah menjadi bagian dari tanggung jawabnya, membangun secercah harapan keluarga menjadi mimpi – mimpi nyata darinya yang akan di persembahkan kepada orangtuanya
dan meciptakan senyuman terindah atas keberhasilannya untuk ayah dan ibunya. Dan Samudra yang masih duduk di bangku SMA, kini terus fokus pada mimpinya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), mulai dari persiapan fisik, akademi, dan rutin menjaga kesehatan. Dan mereka adalah pelanjut tongkat estapet perjuangan keluarga ini. Not everything that can be counted counts, and not everything that counts can be counted.

~Albert Einstein ~